logo-color

Publikasi
Artikel Populer

DAMPAK PERUNDUNGAN TERHADAP PERKEMBANGAN MENTAL ANAK

Edi Mulyono, S.Pd.SD

Edi Mulyono, S.Pd.SD

Kepala SD 3 Megawon
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan bahwa pada 2018 sekitar 79 kasus perundungan terjadi di sekolah. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa perundungan masih menjadi tantangan yang harus dihadapi setiap anak. Perundungan atau  lebih dikenal sebagai bullying merupakan tindakan penindasan yang dilakukan seorang oknum hingga korbannya mengalami kesulitan untuk mempertahankan dirinya. Pelaku biasanya lebih kuat dibandingkan korbannya, sehingga tindakan perundungan akan dilakukan secara berulang.

Hal ini pula yang membedakan perundungan dengan pertengkaran, dimana kedua belah pihak memiliki kekuatan yang relatif sama. Perundungan dapat dilakukan dalam berbagai hal, mulai dari yang mengenai fisik (memukul, mendorong, mencubit, menendang), dalam bentuk perkataan (mengejek nama, mengancam, memaki, menghina, mencibir, menghujat, memfitnah), dan tindakan pelecehan seksual.

Sayangnya, masyarakat masih sering bersikap acuh terhadap perundungan dan menganggapnya sebagai bagian dari sosialisasi. Bahkan ada yang percaya perundungan harus dilalui setiap anak agar memiliki mental yang kuat saat ia dewasa. Tak heran, pernah ada masa dimana sekolah memiliki kegiatan perpeloncoan untuk menyambut siswa baru. Nyatanya, pandangan tersebut tidaklah benar. Penindasan yang dilakukan secara konstan akan mempengaruhi kesehatan mental anak.

Jenis-jenis perundungan bentuknya bisa bermacam-macam. Termasuk menyerang fisik dan mental, menyebarkan gosip, atau mengacuhkan orang lain dengan sengaja. Ada tiga jenis utama perundungan. Antara lain: Verbal: mengatakan atau menulis sesuatu yang tidak berkenan di hati korban. Misalkan mengancam, menggoda, mengganti nama panggilan, berkomentar jelek, mengejek, dan lain-lain. Sosial: mempermalukan seseorang di depan umum, mengucilkan, sampai menyebarkan gosip tentang seseorang. Fisik: memalak, melukai tubuh orang lain, memukul, menendang, mencubit, meludahi, mendorong, sampai dengan sengaja mengambil barang orang lain

Secara mental, seseorang yang mengalami perundungan pada masa anak-anak akan mengalami beberapa masalah seperti rendahnya rasa percaya diri, rentan mengalami depresi, gangguan kecemasan, hiperaktivitas, sulit berkonsentrasi, kemampuan dan prestasi akademis menurun, dan cenderung menyendiri serta sulit bersosialisasi.

Pada beberapa kasus, anak perempuan yang menghadapi perundungan berisiko mengalami masalah makan seperti bulimia atau anorexia saat ia dewasa. Sementara pada anak laki-laki, perundungan dapat mengarahkan mereka pada masalah narkoba dan ketergantungan alkohol. Masalah mental tersebut tidak hanya dialami ketika anak berusia remaja saja, tetapi bisa bertahan hingga puluhan tahun setelahnya.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mereka yang menjadi korban perundungan  di masa anak-anak akan mengalami gangguan mental, fisik, dan kognitif hingga empat puluh tahun setelahnya. Orang dewasa yang pada masa kecil mengalami perundungan pun cenderung sulit membangun relasi, sulit mendapat pekerjaan, mengalami kesulitan ekonomi dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.

Tanda-tanda anak yang mengalami perundungan akan menunjukkan perubahan sikap yang signifikan. Ia bisa jadi tampak lebih murung atau pendiam, tetapi bisa juga menjadi lebih agresif saat di rumah. Tanda lainnya adalah gangguan tidur (sering terbangun malam hari dan menangis), rasa takut pergi ke sekolah, sering mengompol, menggigit kuku, dan menunjukkan perilaku tidak wajar lainnya. Bila anak menunjukkan gejala tersebut, ajaklah ia bicara dan cari tahu penyebabnya.

Saat anak bercerita bahwa ia menjadi korban perundungan, sering kali orang tua dikuasai rasa kesal dan meruntuhkan semangat. Hal tersebut justru makin menjatuhkan harga diri dan rasa percaya diri anak yang sebelumnya sudah ditekan karena perundungan. Coba dengarkan anak dan tunjukkan sikap empati. Setelah itu, ajari anak cara yang tepat menghadapi perundungan dengan berani mengemukakan pendapatnya, berani berbicara dan melaporkan kepada guru mengenai hal yang dialaminya.

Selain mengajari anak bagaimana bersikap menghadapi perundungan, orangtua tetap perlu melaporkan dan berdiskusi dengan pihak sekolah. Sekecil apapun tindakan perundungan haruslah diketahui oleh pihak sekolah. Dengan demikian, orang tua dan pihak sekolah dapat mencari jalan keluar untuk masalah tersebut bersama-sama.

Dampak perundungan bagi korban dapat menimbulkan dampak luas dan jangka panjang bagi korban. Dampak secara langsung bagi korban perundungan adalah rendahnya rasa percaya diri. Orang yang terus-menerus diejek gemuk, hitam, atau bodoh, perlahan-lahan percaya ejekan tersebut benar. Korban yang sering dirundung umumnya juga merasa marah, sedih, tidak berdaya, frustasi, kesepian, dan terisolasi dari lingkungannya. Jika dibiarkan terus-menerus, korban perundungan bisa merasa depresi, bahkan bisa berpikir untuk bunuh diri. Saat anak-anak korban perundungan terus dirundung dalam proses tumbuh dewasa, korban tidak dapat mengembangkan interaksi sosial. Korban perundungan juga bisa sulit percaya pada orang lain, merasakan perundungan adalah hal yang lumrah, sampai berakhir justru menyalahkan diri sendiri.

Dalam menghentikan perundungan, sebenarnya Anda juga bisa turun tangan dengan datang ke sekolah, lalu melaporkan orang yang melakukan kekerasan pada anak Anda. Dengan begitu, pihak sekolah bisa menanganinya secara langsung dan melaporkan kepada orang tua yang  bersangkutan. Para pelaku perundungan harus segera dihentikan. Jika terus dibiarkan, perilaku ini bisa merusak mental anak Anda dan generasi muda. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah tindakan perundungan antara lain, tanamkan nilai-nilai moral sejak dini, ajak anak untuk bersama-sama menilai dan membedakan perbuatan yang baik dengan perbuatan yang tidak patut dilakukan pada sesama, bangun komunikasi yang baik dengan anak, serta dampingi ia dalam proses tumbuh kembangnya.

Dampak perundungan bisa menjadi sangat besar dan buruk bagi kesehatan mental anak, bukan hanya satu dua tahun, bahkan hingga puluhan tahun. Jadi, kenali tanda-tanda anak yang menjadi korban perundungan.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I