logo-color

Publikasi
Artikel Populer

SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL UNTUK INDONESIA EMAS 2045

Erna Rahma Yani, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An.

Erna Rahma Yani, M.Kep., Ns. Sp. Kep. An.

Poltekkes Kemenkes Malang
erna_rahma@poltekkes-malang.ac.id

Apa itu Indonesia Emas?

Indonesia Emas akan kita masuki pada tahun 2045. Masa di mana kemerdekaan yang kita perjuangkan memasuki umur ke 100 tahun. Seratus tahun kemerdekaan tentu bukanlah rentang waktu yang singkat untuk mengembangkan dan membangun Indonesia dalam mewujudkan cita-cita luhur para pendiri bangsa. Masa yang harusnya dapat menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah bangsa yang layak diperhitungkan dalam percaturan internasional. Masa seratus tahun mestinya cukup mengasah kita menjadi bangsa yang besar tidak hanya dalam luas wilayah dan jumlah penduduk. Namun, lebih dari itu kebesaran harus kita capai secara kualitatif.

Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari sumber daya manusia yang ada dalam kelompok usia produktif. Besarnya jumlah kelompok usia produktif tanpa dibarengi dengan kualitas dan produktifitas yang dicapai, hanya akan meningkatkan beban bagi negara. Untuk itu sangatlah penting mempersiapkan kualitas kelompok usia produktif, yang berada pada rentang umur 15 sampai dengan 64 tahun pada tahun 2045. Kualitas ini perlu dipersiapkan sejak kelahiran, bahkan mulai masa janin. Jika kita menginginkan kelompok usia ini memiliki kualitas yang baik, maka kita harus mempersiapkan dari generasi yang lahir mulai tahun 1981.

Hipotiroid Kongenital sebagai Ancaman Generasi Emas

Ancaman terhadap kualitas sumber daya manusia dapat berasal dari dalam diri individu maupun dari lingkungan. Ancaman dari dalam individu dapat berupa kelainan kengenital yang dibawa sejak lahir, yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jangka panjang bahkan menetap, sehingga menurunkan produktivitas seseorang. Masalah ini akan memberikan dampak negatif sejak awal kehidupan.

Pernahkan Anda mendengar tentang hipotiroid kongenital? Hipotiroid kongenital merupakan salah satu bentuk kelainan bawaan yang dialami bayi sejak lahir. Kelainan ditandai dengan rendahnya kadar hormon tiroid akibat kerusakan atau penurunan fungsi kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Kondisi ini dapat dialami oleh ibu yang kekurangan iodium selama masa kehamilan atau kelainan proses pembentukan kelenjar gondok bayi. Hormon tiroid memiliki peran yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara fisik maupun mental.

Pada awal kelahiran bayi dengan hipotiroid kongenital bisa saja tidak menunjukkan gejala yang khas, mungkin ia terlihat normal seperti bayi lain. Namun, rendahnya kadar hormon tiroid mengakibatkan hambatan dalam proses pertumbuhan yang berdampak pada hambatan perkembangan yang bersifat permanen.

Gejala Hipotiroid Kongenital

Gejala hipotiroid kongenital lebih jelas terlihat setelah bayi berumur 3-6 bulan. Bayi dengan hipotiroid kongenital umumnya memiliki tubuh pendek (cebol). Wajah yang khas menggambarkan keadaan ini adalah muka sembab, bibir tebal, lidah besar, hidung pesek,. Keadaan ini lebih lanjut mengakibatkan kesulitan bicara pada anak. Gambaran lain berupa pusar menonjol. Inilah yang menunjukkan gambaran gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi yang parah mengakibatkan keterbelakangan mental akibat terhambatnya proses pertumbuhan sel otak. Anak dengan keterbelakangan mental akan tumbuh dengan segala keterbatasan dan ketergantungan yang tinggi selama hidup.

Upaya Antisipasi terhadap Hipotiroid Kongenital

Hipotiroid dapat terjadi pada 1:3000 bayi baru lahir. Artinya setiap 3000 kelahiran bayi terdapat 1 bayi yang berisiko lahir dengan kondisi hipotiroid kongenital. Jika diperkirakan setiap tahun lahir 4,8 juta bayi maka 1.600 diantaranya mengalami hipotiroid kongenital. Jumlah ini tentu akan berakumulasi dari tahun ke tahun. Pada masa anak, kelompok ini akan meningkatkan beban dalam perawatan dan berisiko menurunkan produktifitas keluarga. Di usia produktif, kelompok ini akan menjadi beban ganda  bagi keluarga, masyarakat bahkan bagi negara.

Bisakah hipotiroid kongenital ini diobati? Adakah jalan untuk menyelamatkan 1.600 bayi per tahun ini? Jawabannya bisa. Pengobatan akan efektif dan menunjukkan perbaikan bila dilakukan sebelum bayi berumur 1 bulan. Masalahnya gejala baru terlihat setelah umur 3 bulan. Adakah cara yang efektif mengenali hipotiroid kongenital ini seawal mungkin? Bisakah hipotiroid kongenital diketahui sebelum bayi berumur 1 bulan? Lagi-lagi jawabannya bisa…..

Pelaksanaan Skrining Hipotiroid Kongenital

Bagaimana cara mengidentifikasi bayi yang mengalami hipotiroid kongenital seawal mungkin? Jawabannya dengan skrining terhadap semua bayi baru lahir. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 2000. Sampai dengan tahun 2014 masih sekitar 1% bayi baru lahir yang mendapat kesempatan dilakukan skrining. Pemerintah memberikan dukungan yang positif untuk pelaksanaan program SHK melalui penerbitan  Peraturan Menteri Kesehatan No 78 tahun 2014.

Sampai dengan tahun 2022 upaya ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Masih sangat sedikit bayi baru lahir yang mendapatkan pelayanan skrining. Oleh karena itu tahun 2022 Pemerintah kembali mencanangkan program SHK dengan meningkatkan persiapan infrastruktur yang lebih baik. Ditargetkan pada tahun 2023 sebanyak 2,2 juta bayi baru lahir mendapatkan kesempatan SHK, dan tahun 2024 ditargetkan untuk 3,9 bayi baru lahir sebagai prosedur rutin. Hal ini sejalan dengan amanat dari Undang-Undang Kesehatan No 17 tahun 2023 yang telah disahkan, untuk menyelenggarakan upaya kesehatan berupa skrining terhadap bayi baru lahir.

SHK merupakan pemeriksaan laboratorium menggunakan sampel darah yang diambil dari tumit bayi baru lahir saat berumur 48-72 jam. Sampel darah akan diteteskan di atas kertas saring khusus yang selanjutnya akan dikirim oleh petugas yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan ke laboratorium yang telah ditunjuk menyelenggarakan pemeriksaan. Hasil skrining dapat diketahui dalam waktu kurang dari satu minggu untuk disampaikan kembali kepada pengirim.

Tindak Lanjut Hasil Skrining

Bayi yang mendapatkan hasil skrining positif atau dinyatakan menderita hipotiroid kongenital, dapat segera diberikan pengobatan berupa terapi sulih hormon. Obat yang berupa tablet dapat digerus dan diberikan bersamaan pemberian ASI. Obat ini berisi hormon serupa yang dihasilkan oleh kelenjar gondok. Pengobatan yang baik dapat memperbaiki keadaan bayi, dan pertumbuhan normal dapat dicapai.

Keberhasilan dalam Skrining Hipotiroid Kongenital

Penyelenggaraan SHK sebagai program memerlukan keterlibatan banyak pihak. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, tenaga kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan, perlu melaksanakan koordinasi dalam menjamin ketersediaan logistik di lapangan. Kesiapan tenaga kesehatan yang terampil dalam melakukan pengambilan sampel darah juga menjadi bagian penting. Pengambilan sampel darah yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini tentu akan sangat merugikan.

Tidak kalah penting peran masyarakat, ibu, keluarga dan bayi dalam penyelenggaraan program SHK. Advokasi harus sudah disampaikan kepada ibu sejak masa kehamilan, tentang prosedur skrining yang harus dilakukan. Ibu dengan risiko harus mendapatkan perhatian khusus. Pentingnya pemberian iodium selama kehamilan harus ditekankan, terutama di daerah endemik. Peran serta seluruh masyarakat diperlukan sebagai pendukung, termasuk ketika didapatkan kasus bayi yang positif. Dukungan harus diberikan kepada ibu untuk dapat mengikuti program terapi dengan baik. Dengan SHK, kita siapkan generasi berkualitas yang produktif untuk menghadapi tantangan masa depan dan menyongsong Indonesia Emas 2045.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I