logo-color

Publikasi
Artikel Populer

SUDAHKAH HARAPAN KITA MENJADI KENYATAAN? MENYAMBUT HARI BUKU NASIONAL

Koekoeh Hardjito, S.Kep.Ns.,M.Kes

Koekoeh Hardjito, S.Kep.Ns.,M.Kes

Dosen Poltekkes Kemenkes Malang
koekoehhardjito@gmail.com

Sejenak mari kita tengok ke belakang sejarah bagaimana para tokoh kita dari masa ke masa yang berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa dengan membangun budaya membaca. Diawali dengan diresmikannya Perpustakaan Nasional pada tanggal 17 Mei 1980 oleh Daoed Jusuf, menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Dari asal katanya perpustakaan berasal dari kata pustaka yang berarti buku. Perpustakaan dikenal sebagai gudangnya ilmu, di dalamnya banyak sekali jenis buku yang memberikan informasi beragam. Dengan berdirinya perpustakaan nasional pada saat itu diharapkan semakin mendekatkan masyarakat pada buku.

Tahun 2002 Abdul Malik Fajar seorang menteri Pendidikan pada kabinet gotong royong di era Presiden Megawati Soekarno Putri mencetuskan peringatan hari buku nasional pada tanggal 17 Mei yang merujuk pada tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional. Tujuan dicetuskannya hari buku nasional adalah untuk meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat di seluruh Indonesia yang saat itu masih tergolong rendah.

Setelah lebih dari 2 dasa warsa sejak dicanangkannya hari buku nasional, bagaimanakah  minat baca buku pada masyarakat? Apakah sudah mengalami peningkatan? Sebagai gambaran yang menunjukkan kondisi minat baca ini adalah adanya laporan dari  Unesco bahwa minat baca masyarakat Indonesia adalah 0,001%, artinya dari 1000 orang Indonesia hanya ada 1 orang yang rajin membaca (Kominfo.go.id).

Situasi saat ini yang dapat menurunkan minat baca buku pada masyarakat adalah penggunaan gadget yang semakin lama. Tercatat  192,15 juta pengguna smartphone di Indonesia yang menempati peringkat ke-4 di dunia pada tahun 2022 (dataindonesia.id). Orang Indonesia menghabiskan waktu rata-rata 5 jam per hari untuk membuka handphone, menempati peringkat teratas di dunia (state of mobile 2023). Sementara Semiocast sebuah lembaga independen di Paris melaporkan Jakarta merupakan kota yang paling cerewet di dunia maya karena sepanjang hari aktivitas kicauan dari akun Twitter paling padat melebihi Tokyo dan New York.

Sebagai upaya meningkatkan minat baca buku khususnya pada generasi milenial perlu adanya penyelarasan dengan kegemaran mereka saat ini yaitu penggunaan smartphone, untuk itu kemudahan mengakses buku melalui alat komunikasi ini menjadi sebuah tuntutan. Sebagai jawabannya maka buku digital perlu terus dikembangkan penyebarluasaannya. Salah satu langkah agar buku digital ini  semakin dekat dengan sasaran maka perlu dikelola melalui perpustakaan digital. Kemudahan mengakses layanan perpustakaan digital perlu terus ditingkatkan. Hal yang perlu dilakukan ke masyarakat adalah penyebarluasan informasi secara masif tentang keberadaan perpustakaan digital dengan segala layanannya termasuk buku-buku digital yang tersedia.

Seperti kita ketahui buku digital adalah salah satu jenis buku atau bacaan yang hadir dalam bentuk softcopy atau elektronik yang kemudian bisa dibaca menggunakan perangkat digital. Pada umumnya buku digital memiliki tampilan yang tidak jauh berbeda dengan buku fisik, mulai dari halaman cover, bagian awal buku, bagian inti dan bagian akhir buku. Buku digital ini hadir dengan harapan dapat memanjakan siapa saja yang memiliki kenyamanan membaca di layar elektronik sekaligus menyandingkan kegiatan membaca dengan kegiatan lain yang dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja.

Jika buku digital hanya memiliki kelebihan dibaca melalui layar smartphone, sementara di perangkat ini terdapat berbagai aplikasi lain yang labih menarik, tidak menutup kemungkinan suatu saat buku digital ini akan memiliki nasib serupa dengan buku fisik. Kreativitas dari pengarang buku perlu terus dikembangkan guna menghadirkan buku digital yang lebih menarik, interaktif tanpa meninggalkan isi pesan dari suatu buku.

Membaca buku adalah membangun kebiasaan, kebiasaan yang baik dapat dibangun dari lingkungan terkecil di sekitar kita, yaitu keluarga. Untuk itu sebagai orang tua jika menginginkan putra putrinya memiliki kebiasaan membaca buku, kiranya perlu membangun lingkungan keluarganya dengan kebiasaan ini. Pemberian contoh kepada buah hati mutlak harus dilakukan, jangan lupa bangun komitmen kapan menggunakan gadget untuk keperluan bermedsos dan kapan untuk membangun kapasitas diri dengan membaca buku. Selamat hari buku nasional.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I