logo-color

Publikasi
Artikel Populer

TAHUN AJARAN BARU, WAKTUNYA MEMILIHKAN SEKOLAH UNTUK ANAK

Imam Suyuti, S.Pd.I

Imam Suyuti, S.Pd.I

Mahasiswa Pascasarjana Program Magister PAI UNISLA
zzzidna@gmail.com

Mencari ilmu adalah kewajiban setiap individu muslim dan muslimah. Ilmu adalah salah satu dua mutiara yang sangat berharga. Ilmu dan amal (ibadah) bagaikan dua sisi mata uang, keberadaan yang satu menuntut keterwujudan yang lainnya. Itulah kiranya yang mendasari pernyataan, bahwa perbuatan tanpa dilandasi keilmuan maka akan tertolak dengan sendirinya (tidak diterima). Bahkan lebih jauh lagi, diantara hikmah penciptaan dunia yakni diturunkannya kitab, diutusnya para nabi adalah karena keduanya berkenaan dengan ilmu. Allah SWT berfirman:

 “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah, Ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12) sedangkan berkenaan dengan ibadah Allah SWT berfirman:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahku.” (QS. adz-Dzariyat: 56)

 Dari sini dapatlah dipahami bahwa dalam agama Islam proses belajar mengajar atau pendidikan bukanlah ditujukan untuk ilmu itu sendiri melainkan juga  tindak lanjutnya, yakni amal perbuatan atau ibadah. Inilah terkadang, bahkan sering dilupakan oleh pihak penyelenggara dan pelaku utama pendidikan. Maka, tidaklah mengherankan jika di kemudian hari dunia pendidikan di negeri ini tampak carut-marut.

Yang paling memprihatinkan adalah banyaknya para calon guru yang rela menyuap puluhan juta asalkan ada jaminan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bahkan di dunia pendidikan pondok pesantren pun sekarang ini telah dirambah penyakit yang amat ganas tersebut. Tidak sedikit pengasuh suatu pondok pesantren yang ikut andil dalam dukung mendukung calon presiden, gubernur, bupati bahkan di tingkat kepala desa  dan sebagainya  dengan iming-imingi imbalan berbagai fasilitas yang dijanjikannya.

Sekarang ini, dunia pendidikan kita merupakan lahan basah untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Akan tetapi, anehnya banyak orang tua atau calon peserta didik yang kurang memperhatikan hal tersebut. Bahkan, ada semacam kebanggaan bila dapat diterima di lembaga pendidikan yang mewah atau bonafit tanpa memedulikan apakah lembaga tersebut dapat mengantarkannya menuju kesuksesan dunia-akhirat.

Sudah saatnya kita menyadari, bahwa yang diperintahkan adalah menuntut ilmu yang bermanfaat bukan mencari lembaga pendidikan, sekolah, kampus, pondok pesantren dan lembaga pendidikan lain hanyalah salah satu sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Karena anak yang saleh, bukanlah produk dari kemewahan sebuah program pendidikan atau mahalnya segenap fasilitas yang ada  pada sebuah lembaga pendidikan. Anak-anak yang sholeh atau sholehah adalah produk dari:

  • Orang tua yang saleh salihah
  • Guru yang saleh salihah
  • Rezeki yang halalan thayyiban dan berkah
  • Lingkungan keluarga yang saleh
  • Doa kedua orang tua yang istiqomah
  • Uswah tradisi saving dan investment

Inilah yang seyogyanya diperhatikan oleh keluarga muslim mukmin dalam mendidik putra-putrinya.

Niat yang ikhlas semata mencari rida Allah

Agama Islam telah mengajarkan, dalam setiap tindak tanduknya seorang muslim harus meniatkan untuk mencari rida Allah semata. Sebagai keluarga yang mendambakan rahmat-Nya, marilah baik orang tua maupun anak berusaha murnikan niat semata karena Allah dalam menuntut ilmu, bukan untuk riya’, mencari kekuasaan, mencari popularitas atau mencari materi. Ingat anak adalah salah satu aset titipan Allah, jika orang tua benar dalam mendidiknya maka berarti ia telah menunaikan amanah-Nya yang akan senantiasa merasakan keberuntungan terutama ketika telah pulang ke haribaan-Nya. Sebaliknya, jika ia salah dalam mendidiknya yang berarti telah salah menjalankan amanah-Nya maka penyesalan akan terus menghantuinya. Bukankah ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh adalah mata air jariyah yang tidak pernah kering hingga hari kiamat kelak? Sebagai orang tua yang beriman tidak kah kita menyadarinya betapa bahagianya kita kelak yang telah meninggal dunia akan tetapi masih mendapatkan aliran dan sejuknya pahala karena anak-anak kita telah menjadi anak yang saleh-salihah. Marilah kita renungi sabda Rasulullah SAW:

”Apabila anak Adam itu telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang  bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan dia.” (HR. Muslim).

Buanglah jauh-jauh pandangan yang mengukur kesuksesan anak hanya dari sisi duniawiyah belaka. Apalagi akhir-akhir ini telah banyak peristiwa-peristiwa yang membuktikan bahwa dunia ini tidak lagi memadai untuk dijadikan sandaran dalam memperoleh kebahagiaan.

Beristikharahlah dalam mencari guru

Guru adalah salah satu pilar keberhasilan proses pendidikan. Karena bagaimana mungkin seorang siswa akan menjadi saleh-salihah sementara gurunya bukanlah seorang yang patut diteladani. Persoalannya bukanlah tentang bagaimana guru yang baik itu, akan tetapi bagaimana di zaman sekarang ini kita memikirkan kepada siapakah kiranya kita patut menitipkan pendidikan anak-anak kita? Jelasnya adalah kepada guru yang mampu menjadi suri yang baik. Insya Allah, banyak sekali guru yang baik secara lahiriyahnya, namun kita tidak mengerti seberapa baik secara batiniyahnya. Namun agar tidak salah pilih lagi, seperti dalam berbagai kesempatan memilih mulai dari pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden seharusnya kita tidak hanya mengandalkan pertimbangan akal dan pendapat orang-orang yang berada di sekitar kita.

Dalam hal pilih memilih, Rasulullah SAW telah memberi teladan yaitu dengan memohon petunjuk Allah SWT sebagaimana yang disampaikan oleh Jabir bin Abdillah ra, ia berkata: “Rasulullah SAW mengajari kami beristikharah dalam berbagai hal sebagaimana beliau mengajari kami surah-surah Al-Qur’an”. Sementara itu Sa’ad bin Abu Waqqash ra berkata:

“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Di antara keberuntungan anak cucu Adam adalah memohon pilihan kepada Allah (beristikharah) dan ridho terhadap keputusan-Nya, dan diantara kecelakaan anak cucu Adam adalah tidak beristikharah dan benci terhadap keputusan-Nya.” (HR.Ahmad).

Semoga kita diberi kekuatan menjaga anak-anak yang Allah amanahkan kepada kita dengan mencarikan mereka lembaga pendidikan yang tepat sehingga menjadi generasi yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I