logo-color

Publikasi
Artikel Populer

DAMPAK PEMBELAJARAN DARING BAGI GURU, EKSPEKTASI DAN REALITA

Ninik Pujiastuti

Ninik Pujiastuti

Guru SMP Negeri 40 Semarang

Pandemi COVID-19 di Indonesia yang berlangsung sejak bulan Maret 2020 sangat berpengaruh bagi kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya larangan untuk berkumpul, tidak memungkinkan murid dan guru untuk bertatap muka dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan dikeluarkannya Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 Tahun 2002, memicu terjadinya pembelajaran jarak jauh. Baik guru dan murid dipaksa untuk dapat tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan peralatan yang ada. Seiring berjalannya waktu, banyak aplikasi yang digunakan, seperti WhatsApp, Google Classroom, Zoom, Moodle, dan lainnya.

Pembelajaran online atau daring memiliki banyak manfaat apabila dipersiapkan dengan baik dan matang. Menurut Marc (2007) dalam jurnalnya yang berjudul; “Book review: e-learning strategies for delivering knowledge in the digital age”, menyebutkan beberapa manfaat dari pembelajaran online di antaranya fleksibel dalam hal waktu dan tempat, memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan diskusi grup, menghilangkan hambatan yang berpotensi menghambat partisipasi murid, termasuk rasa takut berbicara dengan peserta didik lain, memotivasi siswa untuk berinteraksi dengan orang lain, hemat biaya, memungkinkan setiap siswa untuk belajar dengan kecepatan dan kemampuan sendiri  apakah lambat atau cepat.

Dengan adanya kondisi pembelajaran daring yang dilaksanakan selama pandemi COVID-19 ini, bagaimana dampaknya bagi guru?

Dalam keadaan yang serba mendadak ini tentunya kegiatan belajar mengajar dirasa sangat tidak efektif. Ada banyak kendala yang dirasakan baik guru maupun murid. Mulai dari koneksi internet, perangkat HP, dan lainnya. Dalam keadaan yang serba terbatas, guru dituntut untuk tetap bisa memberikan pelayanan dan pembelajaran yang baik. Memberikan pelayanan yang maksimal, walaupun pada akhirnya harus menurunkan ekspektasi atas hasil pembelajaran.

Guru yang awalnya merasa nyaman dengan metode tradisional, dalam artian tidak menggunakan media apapun, kecuali ceramah dan LKS, dipaksa untuk mulai berkenalan dengan perangkat IT, dan belajar untuk mengoperasikannya. Diawali dengan memanfaatkan WhatsApp Group dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Dengan memberikan rekaman suara, membagikan link YouTube untuk dilihat, dan lain sebagainya. Hingga akhirnya muncullah berbagai macam platform penyelenggara pendidikan secara daring, seperti Google Classroom, Microsoft Team, dll.

Dengan munculnya berbagai macam platform tersebut, muncullah juga berbagai macam pelatihan dan seminar, baik yang diselenggarakan instansi-instansi baik kementerian, universitas, atau penggerak pendidikan lainnya guna mendukung dan membantu guru untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran dengan lebih baik, efektif, dan bermakna. Namun sayangnya, tidak semua guru bergerak mengikuti seminar dan juga workshop yang ada, dengan alasan sudah terlalu sibuk dengan menyiapkan materi dan tugas murid, mengoreksi tugas murid, dan alasan lainnya. Tentu hal ini sangat disayangkan, sebenarnya dalam masa pandemi ini guru memiliki kelonggaran waktu dan tempat untuk mengikuti berbagai macam seminar, karena semua dilaksanakan secara daring. Bahkan banyak juga yang gratis, tanpa biaya.

Gambaran yang menjadi salah satu bukti kurang sejalannya antara ekspektasi dan realita. Guru diharapkan dapat mengikuti pelatihan sebanyak-banyaknya guna mendukung pelaksanaan pembelajaran daring agar tetap memberikan kesan bagi murid. namun dipraktik yang terjadi banyak yang menjadi terlena dengan keadaan yang ada. Dimana dirasa cukup menggunakan WhatsApp Group dan Google classroom untuk memberikan tugas maupun materi. Dan adanya kesan “Yang penting materinya sudah disampaikan ke murid”.

Semakin berlanjut, guru bukan lagi mendidik, tetapi mengajar. Hanya menyampaikan materi yang perlu dipelajari, tapi kurang memperhatikan hubungan interpersonal dengan murid. Hal ini yang menjadikan sikap murid yang sering kali dikeluhkan oleh guru, yaitu kurang disiplin dan menyepelekan. Kedekatan hubungan ini yang mulai terkikis dengan adanya pembelajaran daring, dimana tanpa diimbangi dengan usaha guru  untuk mencoba memperbaiki situasi. Hal ini memperkuat ungkapan, “Guru tidak bisa digantikan oleh teknologi”.

Di sisi yang lain, menurut saya, masa pandemi ini memiliki makna yang cukup penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Satu hal yang pasti adalah adanya kemajuan dalam menggunakan media pembelajaran daring, yang setidaknya membantu dalam menyampaikan materi. Dengan  keadaan yang memaksa guru untuk dapat beradaptasi dengan  cepat dan tepat untuk tetap bisa menyelenggarakan pembelajaran. Di sisi lain tentunya harus ada kegiatan dan program lanjutan, seperti penyesuaian kurikulum, materi, tujuan pembelajaran, dll. Agar proses pembelajaran dalam masa pandemi ini lebih efektif dan bermakna. Sehingga tetap dapat mempertahankan kualitas pendidikan bagi murid-murid.

Guru mulai mengenal dan mempelajari metode pembelajaran kolaboratif, seperti Flip Classroom dan Blended Learning. Di mana kedua metode itu menggabungkan pembelajaran online dan offline; menggabungkan pembelajaran  di  rumah dan sekolah; menggabungkan pembelajaran individual dan kelompok.

Walaupun belum sempurna dalam pelaksanaannya, setidaknya guru sudah mengetahui gambaran Flip Classroom dan Blended Learning dan bagaimana aplikasinya dalam kegiatan belajar mengajar.

Yang mungkin perlu dilaksanakan untuk  mengembangkan dan memperbaiki praktik Flip Classroom dan Blended Learning adalah menyesuaikan kurikulum dengan metode Blended Learning, memberikan pelatihan intensif dan juga pendampingan tidak hanya dalam penyusunan rencana, tetapi juga dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar hingga evaluasi pembelajaran.

Guru-guru Indonesia memiliki potensi yang perlu dikembangkan, perlu disulut semangat dan motivasinya untuk senantiasa belajar, memperbaiki diri, agar dapat  siap dan cepat beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang ada.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I