
Ir. IBRAHIM HAMID, M.Eng
BPSDMD Provinsi Sumatera Selatan
ibrahim_plgskynian@yahoo.com

Pengunaan energi untuk berbagai kegiatan rumah tangga, transportasi, tenaga listrik dan kegiatan industri umumnya bersumber dari minyak, gas alam, batubara dan geothermal. Akan tetapi di daerah perdesaan sampai saat ini masih banyak dijumpai penggunaan kayu bakar sebagai sumber bahan bakar di rumah tangga. Selain itu penggunaan kayu bakar untuk industri kecil masih sering ditemukan, antara lain industri kecil makanan kecil, pembuatan gerabah, batubata dan sebagainya. Penggunaan kayubakar secara terus-menerus dan kurang bijaksana sebagai sumber bahan bakar akan mengancam kelestarian vegetasi yang bisa menggangu keseimbangan alam.
Bioarang sebagai bahan bakar alternative dapat digunakan secara luas di daerah perdesaan di Indonesia. Keadaan ini mengingat bahwa di wilayah perdesaan banyak terdapat biomasa yang dapat dibuat sebagai bahan bioarang. Biomasa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Sebagai contoh biomasa adalah dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian dan limbah peternakan serta gambut (Johannes, 1981). Biomasa sebenarnya dapat langsung digunakan sebagai sumber energi, namun kurang efisien. Kotoran sapi merupakan bioamasa limbah peternakan yang dapat digunakan sebagai bahan baku bioarang. Bioarang dari kotoran (feses) sapi dapat dibentuk menjadi briket bioarang yang pengunaannya akan lebih mudah dan efisien. Briket bioarang dapat dibuat dengan cara membuat arang terlebih dahulu kemudian dicetak atau cara lain dengan mencetak bahan organic terlebih dahulu kemudian diarangkan. Cara membuat briket adalah dengan menumbuk bioarang hingga menjadi adonan berbuih dan lengket, bila hasil yang didapat kurang lengket dapat ditambah dengan perekat seperti kanji (Johannes, 1991).
Dalam tulisan singkat ini menggambarkan secara singkat tahapan dalam rancangan pembuatan briket bioarang dari kotoran sapi. Briket bioarang adalah produk yang dihasilkan dari pengolahan kotoran sapi menjadi arang yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Proses pembuatan briket bioarang ini melibatkan beberapa tahapan yang sistematis. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses pembuatan briket bioarang dari kotoran sapi:
1. Pengumpulan Bahan Baku
Langkah awal dari tahapan ini adalah mengumpulkan kotoran sapi yang akan digunakan sebagai bahan baku. Kotoran sapi yang digunakan sebaiknya dalam kondisi yang masih segar dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Selain itu, kotoran dapat dicampur dengan bahan tambahan lain seperti serbuk gergaji, daun kering, atau bahan organik lainnya untuk meningkatkan kualitas briket.
2. Pengeringan Kotoran
Setelah kotoran sapi dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah prses pengeringan. Kotoran sapi yang basah harus dijemur di bawah sinar matahari hingga kadar airnya berkurang. Proses pengeringan ini termasuk tahapan penting yang bertujuan untuk menghindari pembusukan dan memastikan briket yang dihasilkan memiliki daya bakar yang baik.
3. Penggilingan
Kotoran sapi yang telah kering kemudian digiling menjadi serbuk halus. Penggilingan ini bertujuan untuk mempermudah proses pencampuran dan pemadatan. Serbuk halus akan lebih mudah dicetak menjadi briket dan menghasilkan briket yang lebih padat.
4. Pencampuran
Setelah digiling, serbuk kotoran sapi dicampur dengan bahan tambahan lainnya, seperti serbuk gergaji atau tepung kanji. Tepung kanji berfungsi sebagai perekat yang akan membantu menjaga bentuk briket. Perbandingan campuran dapat disesuaikan sesuai kebutuhan, tetapi umumnya kotoran sapi dan bahan tambahan dicampur dengan perbandingan 70 bagian kotoran sapi : 30 bagian bahan tambahan.
5. Pencetakan
Campuran yang telah dicampur rata selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan briket. Proses pencetakan dilakukan dengan memberikan tekanan pada campuran agar teksturnya menjadi padat dan berbentuk sesuai dengan cetakan. Cetakan dapat berupa cetakan manual atau menggunakan mesin pencetak briket untuk mendapatkan hasil yang lebih efisien sesuai dengan kebutuhan.
6. Pengeringan Briket
Setelah dicetak, briket harus dikeringkan kembali karena pencampuran bahan untuk proses pencetakan sering ditambahkan cairan. Briket yang masih basah dijemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Proses pengeringan ini penting untuk mengurangi kadar air dalam briket, sehingga meningkatkan daya bakar dan umur simpan briket.
7. Pengarangan
Briket yang telah kering dapat melalui proses pirolisis untuk selanjutnya dijadikan bioarang. Proses ini melibatkan pemanasan briket dalam kondisi tanpa udara, sehingga menghasilkan arang dengan kandungan karbon yang tinggi. Namun kadangkala, briket yang dihasilkan dari kotoran sapi juga dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar tanpa melalui proses ini.
8. Penyimpanan
Briket bioarang yang telah kering bisa langsung digunakan atau disimpan namun harus namun harus disimpan di tempat yang kering dan terlindung dari udara lembab. Penyimpanan yang baik akan menjaga kualitas briket bioarang dan mencegah kerusakan dalam waktu yang lama.
Kesimpulan: Proses pembuatan briket bioarang dari kotoran sapi adalah cara yang efektif untuk mengolah limbah ternak menjadi produk yang bermanfaat. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, briket bioarang juga dapat menjadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, kotoran sapi dapat diubah menjadi briket bioarang yang berkualitas dan siap digunakan.