Dewa Putu Teguh Tresnahadi, M.Pd.
SMK Negeri 1 Kubutambahan
tresnahadi69@gmail.com
Industri perhotelan yang kian menggeliat dapat kita rasakan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke negara kita. Khususnya Bali selaku barometer pariwisata dunia, banyak sekali pekerja bidang pariwisata yang diperlukan. Hal tersebut berdampak pada banyaknya sekolah pariwisata yang dibuka. Pada sekolah kejuruan yang menganut kurikulum merdeka pastinya hal tersebut menjadi tantangan tersendiri.
Guru-guru sekolah kejuruan dituntut untuk membelajarkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa nantinya. Pelajaran matematika salah-satunya. Satu pelajaran menjadi momok banyak siswa di sekolah dimana banyak siswa menganggap kalau guru matematika itu galak, banyak kasi tugas, jarang sakit, dan lain sebagainya. Dalam kurikulum merdeka, pembelajaran harus mengikuti apa yang menjadi kebutuhan siswa. Jadi sebagai guru matematika, saya tidak lagi berpikir bagaimana menerapkan materi integral dalam penyiapan meja tamu di restoran atau penerapan trigonometri dalam membersihkan kamar hotel.
Materi pembelajaran juga harus disesuaikan dengan jurusan atau program keahlian, salah satunya adalah materi perbandingan. Menurut saya, materi perbandingan sangat erat dalam industri perhotelan. Topik perbandingan dalam bidang perhotelan dapat mencakup perbandingan harga kamar, perhitungan waktu pengerjaan, perhitungan sumber daya dan lain sebagainya. Pembelajaran dikemas sesuai dengan masalah kontekstual yang terjadi di hotel. Dalam penerapannya topik dibagi menjadi 4 yaitu mengikuti topik-topik pada bidang perhotelan seperti Housekeeping, FnB Service, Bar, dan Laundry.
Beberapa contoh permasalahan kontekstual yang diangkat dalam topik-topik pada bidang perhotelan adalah sebagai berikut
- Housekeeping: “Sebuah hotel memiliki 30 kamar yang perlu dibersihkan. Setiap kamar membutuhkan 45 ml cairan pembersih lantai. Jika satu botol pembersih lantai berisi 50 ml. Hitunglah berapa botol pembersih lantai yang dapat digunakan untuk membersihkan seluruh kamar hotel!”
- FnB Service: “Terdapat 120 tempat duduk di restoran. Seorang waiter dapat menyiapkan meja untuk 4 tamu dalam waktu 4 menit. Jika restoran buka pukul 09.00, tentukan pukul berapa minimal waiter tersebut harus tiba di restoran!”
- Bar: “Untuk menyajikan 1 gelas long island ice tea, diperlukan 150 ml vodka. Jika seorang bartender memiliki stok 3 botol vodka dengan masing-masing botol berisi 1.500 ml vodka. Hitunglah jumlah long island ice tea maksimal yang dapat dibuat!”
- Laundry: “Terdapat pesanan untuk mencuci 90 set (seprai dan sarung bantal). Setiap set membutuhkan 180 ml cairan pengharum. Jika satu botol pengharum berisi 450 ml, hitunglah berapa botol pengharum yang diperlukan untuk mencuci seluruh pesanan tersebut!”
Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan topik utama yang saya ajarkan ke siswa. Hal tersebut memberikan inspirasi bagi siswa mengenai topik matematika apa saja yang harus mereka siapkan untuk bekerja pada bidang perhotelan nantinya. Hal yang tak kalah penting, siswa tidak lagi saya tes secara tulis layaknya ulangan matematika pada umumnya. Namun saya berikan tes lisan wawancara.
Ya, Anda tidak salah baca. Wawancara menjadi hal terpenting bagi siswa perhotelan. Karena ketika mereka sudah terjun untuk kegiatan magang ataupun menjadi pekerja harian di hotel, wawancara menjadi tahapan yang pasti mereka lewati. Sehingga siswa disiapkan sejak dini untuk menghadapi proses wawancara secara nyata nantinya.
Tes wawancara yang saya praktikkan adalah dengan memanggil siswa 2 orang per sesi. Kemudian memilih salah topik pada bidang perhotelan (Housekeeping, FnB Service, Bar, Laundry). Dilanjutkan dengan pengerjaan selama 4 menit dan menjelaskan selama 1 menit. Jadi, siswa hanya mengerjakan 1 soal sesuai topik yang menjadi kesukaannya. Hal tersebut menjadi kepuasan tersendiri bagi siswa karena siswa menyelesaikan masalah yang sesuai topik favoritnya.
Pelaksanaan tanya jawab secara lisan dilakukan selama 1 menit. Dengan tes wawancara, kita dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menjelaskan apa yang dikerjakan, bagaimana langkah, dan bagaimana cara siswa menjelaskan jawabannya dengan detil. Sehingga, kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilatih dalam kegiatan ini. Hal ini menjadi suatu keunggulan daripada tes tulis konvensional, dimana dalam tes tulis, siswa banyak melakukan kecurangan seperti mencontek pada temannya atau secara curi-curi melihat gadget.
Tanggapan siswa sangat positif dengan pembelajaran yang saya lakukan. Siswa dapat memahami bahwa ilmu matematika yang diajarkan berguna untuk menunjang karir mereka. Pelajaran matematika tidak lagi menjadi suatu pembelajaran yang membelajarkan materi-materi yang susah serta membuat pusing siswa dan pada akhirnya siswa tidak tahu kapan dipakainya materi tersebut. Membelajarkan siswa kejuruan memanglah unik. Kita sebagai guru ditantang untuk dapat membelajarkan materi matematika yang lebih fokus ke bagaimana aplikasi materi yang relevan dalam program keahlian siswa, bukan sekadar teori-teori belaka yang membuat siswa bosan dalam mempelajari materi yang kita ajarkan.
Bagi bapak/ibu pembaca artikel ini, utamanya guru sekolah kejuruan, mari kita bersama-sama membelajarkan siswa sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhannya. Kebutuhan siswa ini menjadi suatu hal penting untuk kita kembangkan. Hal ini menjadi suatu hal yang penting dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Semoga kedepannya pendidikan untuk siswa kejuruan dapat kita tingkatkan ke arah yang lebih baik.