logo-color

Publikasi
Artikel Populer

ELEMEN PENTING DALAM MENULIS DIALOG

Penerbit P4I

Penerbit P4I

Menulis dialog adalah salah satu seni terpenting dalam menciptakan cerita yang hidup. Lebih dari sekadar meniru percakapan sehari-hari, dialog yang efektif mampu membangun karakter, memajukan plot, dan menghidupkan suasana. Artikel ini akan memandu langkah demi langkah tentang cara menyusun dialog menggunakan kalimat yang tidak hanya jelas dan mudah dipahami, tetapi juga mampu memikat pembaca, dari penggunaan tanda baca.

1. Kalimat Pembuka dan Penutup yang Jelas

Setiap dialog biasanya diawali dengan tanda petik pembuka (“”) dan diakhiri dengan tanda petik penutup (“”).

  • Contoh: “Aku tidak percaya ini terjadi,” kata Lina.

2. Penggunaan Tanda Titik (.) di Akhir Dialog

Tanda titik digunakan ketika dialog adalah sebuah pernyataan lengkap dan diikuti oleh tag dialog yang memulai kalimat baru.

  • Contoh:

    • “Aku akan pergi sekarang.” Dia berbalik dan melangkah pergi.

    • “Ini bukan salahmu.” Lina menatapnya dengan lembut.

Perhatikan bahwa jika tag dialog mengikuti langsung (misalnya, “kata dia”), maka akan menggunakan koma, bukan titik (lihat poin 3).

3. Penggunaan Tanda Koma (,) di Akhir Dialog

Koma digunakan ketika dialog adalah sebuah pernyataan yang diikuti oleh tag dialog yang mengacu pada pembicara.

  • Contoh:

    • “Aku sangat senang,” kata Budi.

    • “Kita harus mencari solusi,” ujar Pak Anto.

Koma ditempatkan di dalam tanda petik, sebelum tanda petik penutup.

4. Penggunaan Koma (,), Titik (.), Tanda Seru (!), Tanda Tanya (?) di Akhir Kalimat

Ini adalah salah satu aspek yang paling sering membuat bingung. Aturannya adalah:

a. Tanda baca akhir dialog (koma, titik, tanda seru, tanda tanya) selalu ditempatkan di dalam tanda petik.

b. Jika dialog berakhir dengan tanda tanya (?) atau tanda seru (!), tidak perlu ada koma tambahan sebelum tag dialog.

  • Contoh Koma:

    • “Aku tidak percaya ini,” gumamnya.

    • “Ini gila,” seru dia. (walaupun ada seru, konteks kalimatnya masih butuh koma jika tag dialog langsung mengikuti)

  • Contoh Titik:

    • “Aku akan pulang sekarang.” Dia mengambil tasnya.

  • Contoh Tanda Tanya:

    • “Apakah kamu sudah makan?” tanya Ibu. (Tidak perlu koma setelah tanda tanya)

  • Contoh Tanda Seru:

    • “Cepat!” teriak Ayah. (Tidak perlu koma setelah tanda seru)

5. Tanda Elipsis/Titik Tiga (…)

Tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan jeda, keraguan, kalimat yang terputus, atau pikiran yang tidak selesai.

  • Jeda/Keraguan:

    • “Aku… aku tidak yakin…” gumamnya.

    • “Jadi, kamu berpikir…” Ia berhenti, menunggu jawaban.

  • Kalimat Terputus:

    • “Kalau saja aku tahu bahwa…” Suaranya tercekat.

    • “Pergi dari sini atau aku akan…” Ancamannya menggantung di udara.

  • Pikiran Tidak Selesai/Melamun:

    • “Mungkin saja…” Pikirannya melayang jauh.

6. Penggunaan En Dash (—) dalam Dialog

Dalam penulisan dialog, en dash (—), atau kadang disebut em dash (—), biasanya digunakan untuk menunjukkan interupsi, perubahan pikiran yang mendadak, atau jeda dramatis.

  • Interupsi oleh Orang Lain:

    • “Aku ingin memberitahumu—”

    • “Jangan! Jangan katakan itu,” potong Sarah.

  • Perubahan Pikiran Mendadak/Jeda Dramatis:

    • “Aku rasa kita harus—tidak, lupakan saja.”

    • “Itu adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan—atau mungkin bukan?”

  • Untuk Memisahkan Pikirian Tambahan:

    • “Aku sangat lelah—sungguh, aku hanya ingin tidur.”

Pastikan kamu menggunakan en dash (—) yang lebih panjang, bukan tanda hubung (-) yang lebih pendek.

7. Penggunaan Kata “Kan”

Kata “kan” adalah bentuk singkatan dari “bukan” atau “bukanlah”, sering digunakan dalam percakapan informal untuk menegaskan sesuatu atau meminta konfirmasi. Dalam dialog, penggunaannya bisa menambah realisme pada percakapan karakter.

  • Contoh:

    • “Dia pasti datang, kan?”

    • “Kamu sudah makan, kan?”

    • “Ini gampang, kan?”

Penggunaan “kan” membuat dialog terasa lebih alami dan akrab, terutama jika karakter memiliki gaya bahasa yang santai.

8. Nama Panggilan dalam Dialog

Penggunaan nama panggilan, sebutan keluarga, atau sapaan dalam dialog sangat efektif untuk:

a. Menunjukkan Hubungan Antar Karakter: “Ayah,” “Kakak,” “Sayang,” “Nak,” “Bapak,” “Ibu Guru.”

b. Menciptakan Suara Karakter yang Khas: Beberapa karakter mungkin menggunakan panggilan tertentu yang unik.

c. Menambah Realisme: Orang sering menggunakan nama atau panggilan saat berbicara.

  • Contoh:

    • “Bisa tolong ambilkan buku itu, Nak?” kata Ibu.

    • “Bagaimana kabar, Bos?” sapa Toni.

    • “Aku sayang kamu, Sayang,” bisik Rio.

Tags

Share this post:

Postingan Lain

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jika ingin berlangganan berita dari kami, silakan memasukkan email pada kolom di bawah ini

Radar Edukasi adalah portal berita pendidikan di bawah naungan Penerbit P4I